Kamis, 07 Februari 2013

Ancaman bagi Perempuan

Aku terlahir sebagai perempuan dan sudah selayaknya disyukuri.
Menjadi perempuan itu menyenangkan, tetapi tidak mudah.
Pertama, perempuan harus bisa mandiri supaya tidak ketergantungan dengan laki-laki.
Kedua, perempuan harus tegar, tidak boleh mudah menangis dalam keadaan sulit dan harus bisa memecahkan masalahnya sendiri.
Ketiga, perempuan harus tetap memiliki kelembutan karena itulah yang menjadi kekuatan perempuan sebenarnya. Iya, lembut dan penuh kasih.

Sayang, kelembutan perempuan seringkali dianggap sebagai kelemahan oleh kaum pria. Mereka tidak bisa membaca makna di balik kelembutan seorang perempuan.
Mereka jadi berbuat sesuka hati, menjadikan perempuan sebagai objek saja.
Oke, salah satu contoh yang akhir-akhir lagi marak diberitakan adalah pemerkosaan.
Pemerkosaan merupakan salah satu bentuk kaum pria yang menjadikan perempuan sebagai objek. benar, objek pelampiasan hawa nafsu.
Sinting! Ini bukan ancaman sepele bagi perempuan. Ini adalah ancaman yang sungguh berat karena tak hanya fisik saja yang terluka tetapi mental, batin, psikis, yah apapun itu.

Baru saja saya membaca kembali kumpulan berita mengenai pemerkosaan terhadap perempuan. Korban tak hanya perempuan dewasa, anak-anak di bawah usia pun turut menjadi tempat pelampiasan kaum pria.
Sedih, emosi, ada perasaan campur aduk yang tak dapat terungkap ketika membaca berita-berita itu.
Aku, membaca pun tak sanggup. Tak terbayang perasaan para korban perempuan itu.
Kaum pria, apakah kalian tak pernah berpikir perasaan perempuan? Apa kalian tak pernah membayangkan bagaimana perasaan kalian ketika hal serupa terjadi pada saudara perempuanmu, kekasihmu, atau bahkan ibumu?

Sebagai perempuan, aku setuju jika ada hukuman mati bagi para pria bejat dan gila yang tega melakukan pemerkosaan. Bahkan, mereka tak layak disebut sebagai manusia. Menurutku, hukuman mati pun belum cukup membayarkan perbuataan mereka yang telah melukai perempuan, fisik maupun psikis.
Pada akhirnya, biarkan saja Tuhan yang mengadili mereka.
Tenanglah, perempuan! Kita pasti bisa memerangi ancaman ini. Pasti!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar