Politik, ekonomi, dan ideologi. ‘Tiga sekawan’ yang tak pernah luput dari sebuah perfilman nasional. Bukanlah sesuatu yang sempurna ketika salah satu dari tiga hal tersebut dipisahkan karena memang telah menjadi satu paket nilai yang terkandung dalam film-film berbau nasional, sebuah film yang dianggap dapat menebarkan budaya-budaya bangsa kepada warga negaranya. Representasi budaya sangat dibutuhkan dan memang perlu menjadi fokus sebuah narasi film nasional.
Film nasional memang masih dibutuhkan oleh dunia untuk menanamkan budaya bangsa masing-masing. Sayangnya, tujuan tersebut memiliki satu masalah yang dapat dikatakan sebagai penghambat dalam mencapainya. Sebut saja, Hollywood, sebuah industri film yang sangat besar dan dikenal oleh dunia. Hollywood yang dimiliki oleh Amerika Serikat ini telah memonopoli pasar domestik industri perfilman. Siapa pun tentunya sudah pernah mengonsumsi film hasil industri Amerika Serikat ini dan kebanyakan dari mereka tidak dapat menonton dan mengamati film secara mendalam. Sesungguhnya ketika orang-orang bersedia untuk menonton film dengan lebih cerdas, mereka akan menemukan nilai-nilai yang sengaja disiratkan oleh Hollywood ini.
Betapa bahayanya nasib bangsa ketika harus menanamkan budaya bangsa lain kepada rakyatnya. Kanada, Australia, Inggris, dan Italia menjadi contoh dari negara yang dimaksud yaitu dengan mendirikan lembaga-lembaga yang digunakan untuk mendanai dan memproduksi film-film nasional sesuai dengan identitas bangsa yang dimiliki oleh masing-masing. Aksi bangsa-bangsa tersebut ternyata didasari oleh pernyataan Frederic Jameson bahwa seharusnya film-film produksi nasional dibuat sebagai tindakan ideologis yang berfungsi sebagai salah satu cara dalam pemecahan masalah-masalah sosial yang terjadi.
Selain itu, sesuatu yang cemerlang ternyata dilakukan oleh negara-negara yang walaupun berada di bawah tekanan tetap ingin menyebarkan budaya-budaya melalui nilai ideologi, politik, dan ekonomi dalam sebuah film nasional. Negara Italia mulai mengadaptasi genre-genre film dari Hollywood yang kemudian disajikan sesuai dengan kebudayaannya sendiri. Begitu pula dengan Kanada dan Australia yang berusaha mengadaptasi material-material dari film nasional ala Hollywood. Beberapa contoh film yang berhasil diadaptasi namun tetap menggunakan gaya khas masing-masing ialah The Grey Fox (1982, Kanada), Road to Saddle River (1993, Kanada), dan yang lebih dikenal lagi ialah Crocodile Dundee (1986, Australia) dan serial Mad Max (1979, 1981, 1985, Australia).
Dengan semakin larisnya industri film di mata dunia, maka lahirlah artis-artis hebat yang dianggap mampu membawa nama industri film ke dalam pasar domestik perfilman. Salah satu praktisi pengadaptasian genre film yang sukses ialah France’s Luc Besson. Namanya berhasil melambung tinggi seiring dengan masuknya film yang dibuatnya, Nikita, dalam sebuah box-office. Sejak saat itu, Besson berkarir dalam industri film Amerika dengan membuat sebuah film yang telah dikenal, yaitu The Professional (1994) dan The Fifth Element. Kedua film ini dibuat dengan gaya Perancis namun tidak seutuhnya dan akhirnya menimbulkan sejumlah pertanyaan berkaitan dengan bentuk representasi budaya Perancis atau bukan.
Hal mengadopsi genre film Amerika ini juga dilakukan oleh sutradara Australia. Kedua pihak bekerja sama dan menghasilkan film Moulin Rouge (2001). Keberhasilan dari adanya kerja sama ini telah membuat pandangan bahwa ternyata hubungan ini dapat dilakukan untuk memperlihatkan sebuah ruang budaya Australia, yang kemungkinan dapat terjadi pula oleh negara-negara lain. Namun, Higson berpendapat ada hal yang lebih penting dari itu yaitu dapat diterimanya film tersebut secara global. Ini merupakan pertanda baik yang tampak ketika harus merilis sebuah film nasional yang ingin diterima oleh dunia.
Beberapa hal di atas setidaknya cukup mengungkapkan bahwa nilai politik, ekonomi, dan ideologi memang dibutuhkan, bahkan harus menjadi fokus dalam mengembangkan film-film nasional. Suatu bangsa dapat dikatakan perlu membangun kerja sama dengan penguasa pasar film domestik agar dapat menebarkan budaya-budayanya. Tanpa didukung nilai-nilai tersebut dan juga strategi, film-film nasional tidak lebih berarti di mata dunia, terlebih bagi bangsa itu sendiri. Setidaknya bangsa lain dapat menyiasati agar mereka dapat memproduksi film nasional yang berkualitas baik
Review dari artikel NATIONAL CINEMA, POLITICAL ECONOMY, AND IDEOLOGY yang terarsip dalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar