Tulisan nggak penting ini disponsori oleh berita di media online yang sering saya pantau di salah satu jejaring sosial.
Sejak saya memantau salah satu media berita online, saya melihat beberapa hal yang sepertinya agak mengganggu mata.
Jelas 'pengganggu' yang saya maksud sangat akrab hubungannya dengan tulisan.
Entah mengapa saya merasa penulisan berita di media online ini terkadang lucu.
Seringkali ada 'cacat' dalam tulisan, ya terutama pada judul yang secara sekilas dapat dibaca oleh para pemantau berita lainnya.
Kesalahan satu huruf saja telah menciptakan perbedaan arti kata bahkan judul berita yang disampaikan kepada audiens.
Sayangnya, media ini sudah banyak melakukan kesalahan penulisan pada judul meskipun hanya satu huruf.
Contoh nyata yang saya temukan dan menurut saya ini lumayan fatal:
Ada berita yang menyoroti tentang pemasok beras di Indonesia. Pada judul, tertulis kata "Bera(k)" padahal yang dimaksud adalah BERAS. Cerdas, bukan? Siapapun yang membacanya pasti akan tertawa dan tentunya dibumbui dengan kata-kata 'penghinaan' walaupun audiens tidak tahu harus melontarkan kepada siapa.
Hal lain yang entah ini disebut unik atau garing, pantas atau tidak pantas.
Kemarin saya melihat seseorang memberi kritik pada sebuah judul berita online. Judul berita (kedekatan artis) tersebut ternyata menggunakan kata "cie". Satu kata lagi yang saya temukan pada berita hari ini, yaitu "eh". Sebenarnya, kata "cie" dan "eh" itu sudah tak asing lagi di telinga kita. Namun, apakah menjadi pantas jika posisinya berada di antara judul-judul berita? Atau sesungguhnya ada maksud tersirat dari kata-kata tersebut?
Satu lagi yang saya lihat dari kecenderungan berita di media online saat ini.
Kecenderungan pemberitaan sekarang ini seringkali menyampaikan informasi yang kurang begitu penting dan berbobot, bahkan memberikan edukasi kepada audiens.
Misalnya saja, berita artis yang memberikan kucing anggora untuk anaknya. Sekilas lihat judulnya saja, orang tahu ini bukan berita yang (maaf) berbobot. Seberapa pentingkah berita itu untuk diketahui publik?
Jika setiap hari ada minimal satu saja berita semacam ini, maka kian hari masyarakat akan terbiasa menjadi masyarakat "konsumen" berita tak mendidik.
Saya kurang paham apa yang dicari oleh para penulis berita, khususnya yang bekerja di media online, sekarang. Profesi di mata mereka hanya untuk mencari uang, menjalankan kewajiban, atau sungguh-sungguh mengadbi pada masyarakat?
Bukankah akan lebih baik jika para penulis berita memberitakan informasi dengan berbagai perspektif yang mengedukasi masyarakat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar